Sabtu, 25 Agustus 2012


CATATAN PERJALANAN UMRAH 2012

            Lombok Barat - Cakrawala (26/03) Berawal dari ajakan dan niat yang kuat istriku untuk menunaikan ibadah Umrah ke tanah suci, secara hitungan matematika, rasanya tidak mungkin itu semua dapat terwujud, dan terbayang biaya yang relatif besar, apalagi membiayai untuk dua orang, statusku hanya seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan, penghasilan pas-pasan, dan juga masih harus membiayai kuliah putri tunggalku, hidup dijaman sekarang yang semuanya serba duit. Aku harus bekerja ekstra.
Setiap hari aku browsing di internet. Alhamdulillah kutemukan sebuah situs yang menawarkan paket umrah dengan cicilan, Maskapai penerbangan dalam negeri tersebut meluncurkan paket angsuran umrah senilai Rp12,5 juta per orang, paket tersebut ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah yang memiliki keterbatasan dana untuk melakukan umrah. Maskapai menyediakan paket angsuran dalam empat pilihan, yaitu 6, 12, 24 dan 36 bulan. Setiap pilihan angsuran itu juga tidak akan dikenakan bunga atau riba. Maskapai tidak akan menaikkan harga paket jika ada kenaikan harga Avtur. Dengan biaya itu, calon jamaah umrah dapat menikmati perjalanan selama sembilan hari tujuh malam serta fasilitas lainnya, seperti penginapan, perlengkapan umrah, visa, dan asuransi perjalanan, transportasi bus AC selama di Saudi, manasik umrah, ziarah di Mekkah, Jeddah dan Madinah, makan dengan menu masakan Indonesia tiga kali sehari, dan 10 liter air zam-zam dapat dibawa pulang.
Ting tung ting tung ... suara awak kabin pesawat boeing 737 memecah kesunyian dan rasa kantukku  ‘’ para penumpang yang terhormat beberapa saat lagi kita akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta , silahkan tegakkan sandaran kursi, melipat meja dihadapan anda, kencangkan sabuk pengaman dan bukalah penutup jendela, cuaca Jakarta dilaporkan cerah , suhu udara didarat 29 derajat celcius , waktu setempat menunjukkan pukul 15.30 ,ada perbedaan waktu antara Mataram dengan Jakarta atau 1 jam lebih lambat dari waktu di Mataram. Sekali lagi diingatkan agar para penumpang tetap berada ditempat duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna, dilarang mengaktifkan telepon seluler karena akan mengganggu system navigasi dan komunikasi pesawat ini, bagi penumpang transit silahkan melapor kepetugas di counter gedung terminal dan selamat jalan untuk para penumpang tujuan jakarta ,akhirnya pimpinan dan seluruh awak kabin dalam penerbangan ini mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa dengan penerbangan kami lainnya’’
Bandara Soekarno Hatta sore itu dipadati calon penumpang yang akan berangkat dan datang ke pelbagai tujuan, antrian ditempat pengambilan bagasi cukup menyita waktu, beberapa kali kulihat ada pesan singkat dari adik iparku di telepon seluler, ia meluangkan waktunya menjemput aku dan istriku ‘’mas kalau sudah selesai ambil bagasi langsung ke lantai dua terminal 1F keberangkatan’’ katanya, aku agak puyeng dibuatnya kenapa harus ke lantai dua ? . dengan harap-harap cemas selesailah sudah proses pengambilan bagasi dan ke lantai dua terminal 1F, adikku datang dengan kendaraan mungil yang menurutku sesuai sebagai kendaraan kota metropolitan seperti Jakarta , tanpa perlu dijelaskan aku sudah dapat menyimpulkan  bahwa menjemput di lantai satu terminal kedatangan 1F akan lebih repot, banyak kendaraan penjemput, dan belum tentu dapat tempat parkir, belum lagi disuruh cepat pergi oleh petugas keamanan weleh weleh ribet banget deh.
Malam ini aku dan istriku transit dirumah kakak perempuanku dibilangan Kali Deres, masuk kedalam sebuah gang, dari luar nampak sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, maklumlah mereka hanya tinggal bertiga dan semuanya sibuk,  sekitar jam setengah enam sore , adik dan kakakku yang tinggal di Jakarta satu persatu berdatangan bersama istri / suami masing-masing. Alhamdulillah setelah sholat magrib berjamaah dan do’a syukur serta khatam al quran, dan ucapan selamat menunaikan ibadah Umrah ditutup dengan makan malam bersama, suasana keakraban, mempererat ikatan silaturakhim keluarga besar kami. 
            Seharian sudah cukup untuk istirahat dan berbagai persiapan , jam sembilan malam ini ,aku dan istri sudah berada di terminal 2D keberangkatan Internasional , kulihat beberapa orang berseragam orange duduk berkelompok, dapat dipastikan itulah rombongan yang akan berangkat ibadah Umrah bersamaku, dari kemarin sudah tidak sabar ingin rasanya  segera berangkat ke tanah suci. Seorang petugas umrah menghampiriku menyampaikan agar semua jamaah mendekat ke pintu dua untuk menyerahkan bagasi, pembagian pasport, tanda pengenal, penyerahan boarding pass dan pembagian kelompok, kulirik telepon selulerku, jam menunjukkan pukul dua belas malam. ‘’Bapak, ibu, saudara, saudari jamaah umrah yang dimuliakan oleh Allah swt, pagi hari ini, Rabu tanggal 8 Maret 2012 jam 03.00 wib insya Allah kita akan berangkat ke Jeddah, mohon agar para jamaah dapat mandiri, jangan tergantung orang lain, dan selanjutnya kita akan memasuki pemeriksaan dokumen perjalanan, pasport di Counter Imigrasi ’’ teriak salah seorang panitia kepada 122 calon jamaah umrah tanpa menggunakan pengeras suara. Satu persatu jamaah antri dengan tertib walaupun terlihat sesekali ada yang melewati garis kuning dan ditegur oleh petugas counter imigrasi, aku perhatikan petugas imigrasi memeriksa pasport jamaah sangat teliti dan tanpa senyum (mungkin sudah di setel jaim / jaga imej) sehingga ucapan terimakasih dari jamaahpun tidak sempat dijawab, mungkin agar tidak terlihat cengengesan di depan publik, hal ini juga sering dijumpai dibeberapa negara yang pernah aku kunjungi, dag ...dug.... dag... dug.. terdengar suara stempel yang dibubuhkan pada lembar bagian dalam pasport, nah kalau gitu sudah beres deh ...
            122 orang Calon jamaah Umrah berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini antara lain, Palu, Makassar, Banjarmasin, Pontianak, Jambi, Palembang, Medan, Jakarta, Bandung, Bekasi, Surabaya, Sidoarjo, Mataram, dan Lombok Barat. Langsung menuju ke ruang tunggu keberangkatan. Pukul 02.00 wib, dengan sedikit ngantuk dan letih karena kelelahan kami dipersilahkan boarding / memasuki pesawat terbang, jamaah dengan tertib menempati kursi sesuai dengan nomornya, dalam beberapa menit pesawat Airbus A330 seri 200 yang berkapasitas 304 tempat duduk ini telah terisi penuh, semuanya jamaah Umrah , subhanallah ternyata kami bergabung dengan jamaah dari biro perjalanan lainnya. Dingin udara pagi ini mulai merasuk ke tulang brrrrrrrrr.... para jamaah mulai menarik selimut masing-masing untuk sekadar menghangatkan tubuhnya. Awak cabin / pramugari yang tampil dengan jilbab orange memberikan tata cara penggunaaan baju pelampung untuk digunakan pada keadaan darurat dan pendaratan di air, serta memastikan semua penumpang duduk dengan baik dan terikat sabuk pengaman /seat belt. Pesawat mulai bergerak perlahan, jamaahpun mulai komat kamit berdoa, tepat pukul 03.00 wib pesawat lepas landas meninggalkan Jakarta. Dari ruang kemudi, pilot pesawat ini menjelaskan ‘’Penumpang yang terhormat  kita akan terbang dengan ketinggian 42 ribu kaki, kecepatan 985 Km/jam, Jakarta-Jeddah akan ditempuh selama 9 jam 40 menit, suhu di luar minus 53 derajad celcius, cuaca bagus, dan akan ada sedikit guncangan kecil  disekitar colombo, dan bebarapa saat lagi awak cabin kami akan menghidangkan santap malam dan beberapa pilihan minuman, selamat menikmati penerbangan ini’’.
            Awak kabin menyampaikan informasi bahwa sekarang telah memasuki waktu sholat subuh, para penumpang tersentak bangun dan ada pula yang masih nyenyak tidur dibalik selimut, ini merupakan pengalaman pertama kami tayamum dan sholat dalam posisi duduk di pesawat udara. Seperti biasa hampir setiap pagi perutku berasa mules, di dalam pesawat ini tersedia enam buah toilet, dua di bagian depan, dua di bagian tengah dan dua di bagian belakang, yang artinya 50 orang untuk setiap toilet, tidak dapat dihindari dan tidak ada pilihan lain kecuali antri, dan tiba giliranku masuk, di dalam ruang yang sempit dengan pencahayaan yang cukup,  terlihat tissue bekas berserakan disana sini, awalnya kupikir  tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan, ternyata tempat sampah telah berisi penuh kertas tissue bekas, dan air di washtafel tidak mengalir, untuk keperluan ke toilet para penumpang harus membawa sendiri-sendiri air mineral dalam kemasan. melihat kenyataan ini aku harus menahan diri dan banyak bersabar. Pesawat Airbus A330 seri 200 yang dioperasikan oleh maskapai dalam naungan merah putih ini, masih perlu disempurnakan dan banyak perbaikan
Alhamdulillah, pada pukul sembilan lebih lima belas menit, pagi hari waktu Jeddah, pesawat kami telah mendarat dengan selamat di Bandara King Abdul Aziz, para jamaah sudah tidak sabar dan segera bergegas ke gedung terminal ruang kedatangan, toilet menjadi pilihan pertama, seorang petugas kebersihan menawarkan kartu seluler lokal seharga 40 riyal/100 ribu rupiah, dalam waktu sekejap sudah ludes diserbu pembeli  yang ingin segera memberitahukan sanak keluarganya di tanah air.
Setelah melalui proses pemeriksaan imigrasi dan bea cukai, dan menunggu lebih dari 3 jam, akhirnya kami berangkat dengan tiga buah bus pariwisata berukuran besar kapasitas 44 tempat duduk buatan negeri tirai bambu, rombongan dibagi dalam 3 kelompok, kelompok 1 dipandu oleh ustadz Dahlawi, kelompok 2 dipandu oleh ustadz Roffi dan kelompok 3 dipandu oleh ustadz Fahmi, aku termasuk di kelompok 2 , makan siang / lunch box telah dibagikan, Ustadz Roffi memimpin do’a untuk memulai perjalanan ke Madinah yang akan ditempuh lebih kurang 6 jam. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya ustadz yang selalu tersenyum dan pandai bercerita ini menjelaskan seputar sejarah islam di tanah suci ini. Sebagai selingan sesekali ia bersenda gurau dengan pengemudi menggunakan bahasa arab.
Sepanjang perjalanan hanya terlihat gurun pasir dan bukit batu, tak satupun terlihat pepohonan, jalan lebar , lurus seakan tak berujung, membuat sang supir terlena dari alurnya, beberapa saat lagi kita akan singgah di peristirahatan, ada masjid kecil, jamaah dipersilahkan untuk melaksanakan sholat ashar. Masjid kecil tampak dari luar seperti sebuah bangunan berbentuk segi empat menyerupai kubus, didalamnya terhampar permadani merah dan tebal, masjid ini dilengkapi dengan 14 buah pendingin udara, terasa sejuk dan nyaman.
Para jamaah ada yang menyempatkan waktu untuk mengabadikan gambar dengan kamera saku atau dengan telepon selulernya. Aku dan istriku kembali ketempat duduk yang kebetulan dapat kursi nomor 1 dan 2 di bagian depan, sehingga dapat melihat ke depan dengan leluasa, tak sengaja aku lihat ada lunch box jatah sang supir ada di bawah tempat duduk, sempat terpikir olehku, koq tidak dimakan sih ? he he he mungkin sang supir tidak suka menu makanan Indonesia, kurang nendang kalee.
Jam setengah sembilan malam, bus mulai memasuki kota Madinah, sebagian jamaah masih mengantuk dan enggan untuk membuka mata, walaupun Ustadz Roffi telah menginformasikan melalui pengeras suara yang tersedia di dalam bus ini. Dar Al Naeem hotel tempat kami menginap, sebuah hotel megah di tengah kota Madinah, terletak 3 blok dekat dengan Masjid Nabawi, luar biasa ternyata Ustadz Roffi yang juga seorang Dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini, ikut mengangkat, menurunkan, memindahkan koper dan barang bawaan jamaah dari dalam bus ke lobby hotel, subhanallah, pengaturan dan pembagian kunci kamar hotelpun Ustadz tidak tinggal diam, terimakasih semoga amal budi baik Ustadz mendapat balasan oleh Allah SWT, aamiin.
Usai mandi badan terasa segar dan kami segera ke masjid Nabawi yang letaknya tidak jauh dari hotel, sekitar jam sebelas malam untuk pertama kalinya aku melihat masjid Nabawi yang megah,  Masjid ini didirikan oleh Rasul SAW. dan sahabat ,di sebelah barat rumah Rasul, yang sekarang rumah itu menjadi makam Rasul SAW dan termasuk dalam bangunan masjid, Raudlah atau taman surga, Doa yang dipanjatkan dari Raudlah ini diyakini akan dikabulkan oleh Allah SWT. Raudlah terletak di antara mimbar dengan makam yang dahulu merupakan rumah Rasulullah SAW. Masjid Nabawi aku merasakan ada wibawa tersendiri ketika memasuki pintu utama, ruangan masjid yang kental dengan nuansa religi, arsitekturnya yang bagus dan disetiap lekuk sudutnya berlapiskan emas, subhanallah ...... ingin rasanya aku berulang kali datang ke masjid ini, masjid yang membuatku hatiku sejuk. Dinginnya lantai marmer dan sejuknya pengaturan suhu udara di seluruh bagian dalam ruang masjid Nabawi sangat mendukung khusyuknya suasana beribadah. Petugas mendatangkan Air zam-zam dari Kota Mekkah untuk jamaah di masjid Nabawi dan disiapkan didalam maupun diluar ruangan semua semata-mata untuk kepentingan jamaah, air zam zam ini diyakini dapat bermanfaat tergantung niat yang meminumnya.
Masjid Nabawi , sebuah masjid yang selalu ramai, menjelang pagi sekitar jam 2 , aku sudah berada di dalam masjid, sholat di raudlah, sholat dekat mimbar Rasulullah SAW dan sholawat di depan makam Rosulullah SAW, aku mengambil tempat di bagian paling depan dan bersimpuh merunduk merenungi diri hingga adzan subuh berkumandang, jamaah subuh yang sangat padat, penuh sesak, tak ada celah untuk lewat, suasana hening dan khusyuk, suara imam melafazkan ayat suci al quran terdengar sangat indah dan menyejukan hati.
Kembali pulang ke hotel setelah melaksanakan sholat subuh, di depan pintu keluar masjid kami di hadang oleh pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai barang dagangannya, ‘’ Ayo murah murah 30 riyal, silahkan dipilih ’’ teriak salah seorang pedagang asal india yang fasih berbahasa Indonesia. Para pedagang sangat mengenali jamaah yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Aku melanjutkan menyusuri komplek pertokoan, pertokoan disini wajib tutup selama waktu sholat lima waktu, dan dibuka kembali setelahnya, tips belanja disini, harus berani nawar paling tidak separuh dari harga yang ditawarkan.
Tiga malam di Madinah, menu makanan Indonesia, sholat di masjid Nabawi setiap waktu, seakan masih kurang dan ingin rasanya kembali ke tempat ini, benar yang diungkapkan pembimbing kami  “seperti ular pergi meninggalkan sarangnya dan pasti  akan kembali lagi ”. Setelah makan siang rombongan check out dari hotel dan berkemas siap naik bus untuk ziarah keliling kota Madinah, singgah di Jabbal Sur dan kebun kurma, sebuah tempat pusat oleh-oleh dekat dengan kebun kurma, disana dijual berbagai jenis kurma ajwa / kurma nabi, yang diyakini sanagat berkhasiat untuk kesehatan, dari harga 10 riyal hingga 100 riyal per kilogramnya, dalam waktu sekejap hampir seluruh jamaah kembali memasuki bus masing-masing membawa tentengan barang belanjaannya. Weleh weleh 244 kg kurma pindah ke dalam bus, kalau di hitung secara sederhana 122 orang dan masing masing jamaah belanja 2 kg kurma ajwa.
            Masjid Quba, mesjid ini sangat sederhana , letaknya kira-kira 5 km arah tenggara kota Madinah, aku sholat dua rakaat di dalam masjid ini, Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri.......(At Taubah, 108). berjuta juta orang dari segala penjuru dunia menyempatkan sholat di tempat ini, subhanallah.
            Menjelang waktu magrib kami tiba di Bir Ali, Bir ali adalah sebuah tempat miqat, bagi jamaah yang akan berhaji atau umrah, Bir ali letaknya 15 menit berkendaraan dari Kota Madinah, jamaah laki-laki memulai dengan mengenakan pakaian ihram berupa dua lembar kain putih tanpa jahitan dikenakan seperti memakai sarung dan bagian atas dililitkan ke badan dengan bagian bahu kanan terbuka,   setelah bersuci sholat dua rakaat dan memulai niat ihram, dan bagi jamaah wanita memakai pakaian yang dia senangi hanya saja  dilarang mengenakan kaos tangan. Jarak antara Bir ali dengan Kota Mekkah sektar 450 km dan biasa ditempuh dalam waktu 5-6 jam. Dan sepanjang perjalanan itu jamaah harus mulai mentaati aturan-aturan ber ihram, antara lain larangan sbb , mencabut atau memotong rambut, memotong kuku, bagi laki-laki tidak boleh menutup kepala yang melekat, memakai wangi-wangian, membunuh binatang darat buruan atau menghalaunya, memotong pepohonan atau mencabut tanaman yang masih hijau di tanah haram, meminang dan melangsungkan pernikahan.
Labbaik,Allahumma,Labbaik,Labbaikalasyarikalakalabbaik,Innaal hamda wa an ni’mata laka wa al mulka la syarika laka,  senandung atau talbiyah yang artinya kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu dan kami insya Allah memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu, dipandu oleh ustadz Roffi jamaah mengumandangkan dengan lirih penuh perasaan yang sangat menyentuh kalbu, jika keluar dari lubuk hati yang paling dalam, maka para jamaah akan melaksanakan ibadah umrah/hajji dengan sungguh-sungguh, dan sangat berhati-hati menjaga lisan dan perbuatannya, selalu sadar akan kelemahan dirinya.
Perjalanan ke Mekkah hampir enam jam akhirnya berakhir ditempat kami menginap di Hotel Arij Al Zahabi pada jam 1 dini hari, sebuah hotel 13 lantai, terletak di kawasan pertokoan/pusat perbelanjaan dekat dengan Masjidil Haram, lagi-lagi dengan ikhlas tidak kenal lelah Ustadz Roffi, Ustadz Dahlawi dan Ustadz Fahmi membantu menurunkan barang bawaan jamaah hingga pengaturan kamar, subhanallah ..... ,sesuai arahan ketiga Ustadz pembimbing Ibadah umrah yang ditugaskan oleh salah satu biro perjalanan Umrah, jam 3 tepat para jamaah sudah siap di pelataran luar hotel, “Pimpinan saya ambil alih” ucap seorang Ustadz nyentrik berjanggut panjang memakai jubah warna krem, terkesan celelekan yang yang selama ini baru mendengar namanya, belakangan baru aku ketahui bernama Ustadz Dahlawi, beliau mengatur barisan sedemikian rupa, jamaah laki-laki berada di bagian kiri dan kanan jamaah wanita, harus melindungi dan saling menjaga jangan sampai keluar dari barisan. Ustadz atau bapak dari seorang istri dan 13 orang anak ini sangat terampil dan gesit, penguasaan teritorial ditanah suci ini sudah ngelotok diluar kepala. Senandung talbiyah semakin mengumandang dengan hati yang sudah tidak sabar untuk segera melihat ka’bah, Subhanallah, Menjelang waktu sholat subuh  kami sudah berada di depan pintu 1 atau pintu utama Masjidil Haram yang teramat megah di dunia. Padatnya jamaah sholat subuh pagi ini sehingga melalui berbagai pertimbangan akhirnya Ustadz Dahlawi memutuskan agar jamaah mengikuti sholat subuh di pelataran luar saja.
            Tibalah saatnya yang ditungu-tunggu, memasuki pintu utama untuk menuju pelataran Ka’bah , jantungku berdegup kencang tidak seperti biasanya, ingin segera melihatnya sedekat mungkin,   Ustadz Dahlawi memimpin do’a ketika melihat ka’bah “Ya Allah tambahkanlah kemuliaan, keagungan,kehormatan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pada orang-orang yang memuliakannya dan mengagungkannya dari orang-orang yang berhaji dan umroh kemuliaan, kebesaran, kehormatan dan kebaikan. Jamaah perlahan lahan mulai bergerak maju menuruni anak tangga menuju pelataran ka’bah, subhanallah, disana kami bergabung dengan ribuan jamaah dari segala penjuru dunia, “ bismillah ya allahu akbar, bismillah ya allahu akbar, bismillah ya allahu akbar ” , ucap semua jamaah yang melewati tanda lampu hijau melambaikan tangan ke arah sudut hajar aswad, dilanjutkan dzikir, do’a menurut kepentingan diri masing-masing, udara pagi yang sejuk menambah khusuknya thawaf hari ini, pada putaran ke tujuh yang juga merupakan putaran terakhir, Ustadz Dahlawi yang dibantu oleh Ustadz Fahmi dan Ustadz Roffi, serta mahasiswa asal Indonesia yang sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di kota Mekkah, mengisyaratkan agar rombongan menepi dekat lampu hijau atau di daerah bagian depan Multazam untuk berdo’a dan melakukan sholat 2 rakaat dibelakang makom Ibrahim.
            Setelah istirahat sejenak sambari minum air zam-zam yang selalu tersedia di pelataran ka’bah dan masjidil haram ini, membuat fisik merasa sehat dan kuat, selanjutnya kami sya’i berjalan dari bukit Shafa ke bukit Marwah, sebanyak tujuh kali dan berakhir di bukit marwah, alhamdulillah tahalul, diakhiri dengan bercukur , selesailah sudah Umrah kita hari ini. Hari berikutnya aku gunakan untuk istirahat.
            Hari ketiga ziarah disekitar kota Mekkah antara lain: Bukit Jabal Rahmah, Padang Arafah, Mina, Muzdalifah, tempat Melempar Jumroh dan Gua Hiro, hampir semua jamaah memanfaatkan peristiwa penting ini dengan mengabadikannya dengan kamera saku, sebelum kembali ke hotel, bagi jamaah Indonesia yang ingin mengulang Umrah, kami singgah  mengambil miqat di Tan’im. kami niat umrah untuk orang tua . sanak saudara yang telah tiada, mengambil miqot masjid terdekat diluar kota Mekkah , Berjarak sekitar 6 km dari Makkah atau masjidil Haram, Tan’im adalah sebuah nama desa yang ditetapkan Rasulullah SAW sebagai salah satu tempat mengambil miqat atau memulai Ihram. Karena letaknya dekat dengan Makkah, maka desa Tan’im menjadi sangat ramai oleh para jamaah di banding tempat miqat lainnya. Selanjutnya kami melaksanakan thowaf dan sya’i serta tahalul.
            Hari ke empat yang juga merupakan hari terakhir di Kota Mekkah, Jamaah diwajibkan untuk thowaf wadda’, wajib dilakukan oleh orang-orang yang tidak akan kembali ke mekkah dalam waktu dekat. Usai pelaksanaan sholat dzuhur dan makan siang di Hotel, kami berangkat ke kota Jeddah menggunakan 3 buah bus besar, tidak sampai 2 jam, kami tiba di Ballad pusat belanja di Arab Saudi, semua jamaah turun dan berbelanja. Pelayan toko di Ballad umumnya mampu berbahasa Indonesia dan menerima pembayaran dengan uang rupiah.
            Hari ini tanggal 15/3 Jelang magrib kami sudah berada di Hotel Madina Palace, sebuah hotel mewah menghadap laut merah dan kota Jeddah, aku bertiga menempati kamar yang sejuk,luas dan ruang duduk dengan sofa kaca jendela berukuran besar, permadani merah maroon yang tebal, kamar mandi dilengkapi shower, wastafel dan bathtube, LCD TV ukuran 29 inch, telepon dan free wifi, weleh weleh ... bagaikan kamar seorang raja minyak. Alhamdulillah hari ini merupakan malam terakhir di kota Jeddah, apabila tidal ada halangan maka kami akan tiba di tanah air pada tanggal 16/3 jam 2 dini hari, semoga lancar dan malam ini dapat istirahat yang cukup.
            Dalam kesempatan makan pagi, Ustadz Roffi menyampaikan pengumuman, “bahwa  karena alasan teknis maka keberangkatan ke Jakarta di tunda / delay sampai ada pemberitahuan lebih lanjut , mohon jamaah tetap tenang dan tetap tinggal di Hotel ini’’. Aku mengamati reaksi masing-masing jamaah berbeda, ada yang menggerutu kecewa, ada juga yang sibuk menelepon kesana-sini terkait dengan tiket penerbangan lanjutan dari Jakarta ke daerah asal yang sudah terlanjur dibelinya. Ada pula yang memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan dan belanja dipusat kota Jeddah dan sekitarnya.
            Pagi ini diruang makan kulihat teman-teman jamaah wajahnya tampak lesu tidak bersemangat, dan ternyata mereka sudah mendapat kabar bahwa hari ini pesawat yang akan membawa kami pulang ke tanah air mengalami penundaan/delay untuk kedua kalinya. Jamaah mulai gelisah karena sudah mulai bosan dengan kondisi monoton di Hotel, tanpa ada acara pengganti dari panitia, jamaah berusaha segera menyampaikan berita ini ke tanah air dengan sarana komunikasi yang ada, aku sempatkan searching di google, dan yang membuatku  terkejut adalah berita penundaan ini sudah meluas di tanah air melalui internet.
            Selama dua hari tertunda, akhirnya datang juga berita yang menggembirakan, hari ini 18/3 jamaah akan diberangkatkan ke tanah air pada jam 11 malam. Kendaraan bus sudah siap di depan loby hotel, barang bawaan Jamaah / bagasi dan air zam-zam diangkut kendaraan khusus (truk), usai makan siang bus berangkat meninggalkan Madina Palace Hotel, keliling kota Jeddah dan singgah mengunjungi masjid terapung ditepi pantai laut merah. Masjid ini letaknya persis ditepi pantai, sehingga apabila laut pasang, akan terlihat seperti terapung, rupanya hanya Jamaah asal Indonesia saja yang menyebutnya sebagai masjid terapung. Setelah sholat dua rakaat di dalam masjid, aku sempatkan jeprat jepret dari berbagai sudut dan mejeng di tepi laut merah dengan latar belakang masjid sebagai bukti bahwa aku pernah kesini. “Halal halal halal” seorang pedagang asongan menawarkan korma muda yang konon berkhasiat untuk masalah pasutri. Halal maksudnya boleh nyicip gratis...
            Jam 5 sore kami sudah berada di Bandara King Abdul Aziz, memasuki ruang check in seperti biasa, menyerahkan bagasi dan menerima boarding pass, serta penyerahan pasport kepada masing-masing jamaah, proses pemeriksaan imigrasi berjalan lancar, jam dinding di ruang tunggu keberangkatan menunjukkan pukul 10 malam, ruang yang cukup dingin membuat sebagian jamaah gelisah mencari minuman/makanan hangat di cafe, tak ketinggalan toilet pun menjadi sasaran jamaah yang sejak sore tadi tidak tahan untuk membuang hajat. Semangat ingin cepat pulang kembali ke tanah air membuat jamaah tidak dapat duduk tenang, ada yang jalan mengelilingi ruang tunggu, ada yang duduk bergerombol, ada pula yang sempat tidur terlelap di kursi.
            Jam setengah dua belas malam  suasana hening tersebut mendadak berubah menjadi hiruk pikuk, setelah melihat kedatangan sebuah pesawat Airbus A330 yang ditunggu-tunggu telah merapat ke garbarata, spontan jamaah merapat ke dinding kaca pembatas gedung terminal, untuk melihat keluar dan memastikan apakah pesawat tersebut yang akan mengangkutnya kembali ke tanah air, sekilas kulihat jam telah menunjukkan pukul 00.15 waktu setempat, panggilan boarding, jamaah mulai masuk ke pesawat dan menempati kursi sesuai nomornya, kali ini tempat nomor tempat duduk tidak lagi berurutan, aku mendapat seat nomor 3a sedangkan istriku terpisah jauh dibelakang menempati nomor 29a , begitu pula dengan yang lainnya, tak satupun berdekatan dengan kerabat/keluarganya, ini membuktikan bahwa jamaah merupakan sebuah keluarga besar, satu dengan lainnya sudah harus saling mengenal.
            Suara awak kabin membangunkan jamaah dari tidurnya yang lelap karena lelah, kurang tidur dan sebagainya, ‘’ penumpang yang terhormat, karena cuaca yang kurang baik, dan ada sedikit guncangan kecil, mohon semua duduk pada tempatnya dan ikatkan sabuk pengaman anda” kulihat di layar monitor yang terdapat di kabin bagian depan, menunjukkan posisi pesawat berada di atas colombo, ada apa dengan colombo ?
            Sembilan belas maret , pukul tiga sore pesawat kami mendarat dengan sempurna di Bandara Soekarno Hatta , alhamdulillah telah tiba dengan selamat, jamaah bergegas segera keluar dari perut pesawat dan melewati tangga menuju gedung terminal, dalam waktu yang singkat jamaah telah berkumpul ditempat pengambilan bagasi, sedikit seremonial berlangsung ditempat tersebut, sambutan Ustadz, sambutan perwakilan Maskapai dan aku mewakili jamaah untuk memberikan sambutan. Semoga mabrur, terimakasih Ustadz Roffi, Ustadz Dahlawi, Ustadz Fahmi, bang Ridwan dan semua jamaah  (UR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar